People say I'm such a quiet girl, sensitive, caring, and doesn't like to bother people. I love to analyze anything: people, situation, even weather! Watching the sky at night comforts me. Seeing the sparkling stars, shinning moon, I feel like I have a companion up there. Over all, I'm just an ordinary girl who puts interest on art. Like it's written on one of my poem, I enjoy drawing, I love to dance, I like writing poems, and I spend most of my time singing. I love to be surrounded with people I love, loving them, and also be loved by them. I hate to be in the midl' of crowd or hectic situation. I really don't belong there. I like everything simple but chic. I love surprises, especially the good ones! :)  
home | archives
 
 
Lune's
 
Raddy's Reef Sweetlady
Prazz Edish
someone's banner someone's banner


7.17.2003
 
and i quote..

"Ma, aku sayang sama dia karena dia bisa membuatku aman, merasa terlindungi, disayang, dibutuhkan, dan dihargai sebagai perempuan. Terlepas dari penilaian mama tentang etnis dan agamanya, dia bisa membuatku bahagia, Ma. That's why i hate to answer questions like 'where does he come from?', 'what is his father?', 'what is he?', etc karena aku takut setelah terjawab nanti, Mama akan memandang dia dengan sebelah mata. Tolong jangan lihat dia seperti itu, Ma. Mama juga enggak mau kan kalau kita dinilai orang karena agama atau etnis kita? Somehow aku bisa merasakan itu, Ma. Coba kalau dari awal aku berbohong dan menjawab kalau dia satu suku dan satu agama dengan kita, pasti Mama akan memperbolehkan aku berteman dengannya kan? Tapi aku tak mau berbohong, Ma. Aku ingin jujur. Aku ingin Mama tahu dan tidak ada yang aku sembunyikan. Karena aku pikir apalah perbedaan itu? Bukankah dengan yang sesama etnis dan agama pun sering terjadi ketidakcocokan?

Kami bukan tak pernah membicarakan soal agama. Di awal hubungan kami, dia pernah mengajakku berbicara serius mengenai hal itu. Kami juga bingung, kenapa disaat semuanya begitu sempurna, agama justru menghalangi cinta kami. Tapi kami yakin, Ma, kami punya niat baik. Dan masalah seperti ini bukan tidak ada jalan tengah atau keluarnya. When there's a will, there's a way kan Ma? Dan bukankah cinta tak pernah memandang sebuah perbedaan dan menjadikannya sebuah penghalang?

Ma, aku bukannya ingin melawan Mama. Justru aku ingin Mama dan dia bisa saling terbuka dan menghargai. Dia ingin sekali bisa dekat dengan Mama, tapi Mama seperti tak pernah ingin membuka diri. Aku sayang dia, Ma... seperti aku juga sayang sama Mama. Sekarang dia sedang menanti Mama di luar. Bicaralah padanya, Ma. Untukku. Aku yakin Mama akan suka padanya. Tadi dia minta diajari bagaimana sopan santun dalam adat kita, Ma. Dia ingin tahu dan belajar lebih banyak tentang itu. Dia menghormati kita, Ma, dia menghormati Mama. Sekarang aku antar Mama keluar ya, dia menanti Mama di sana."


-From random books of cultures and religion



posted by Wulan Hanson 11:13 AM |

7.16.2003
 
leave me a-loan!

Paling gak tenang rasanya kalo gue berhutang sama seseorang, pasti bakal kepikiran terus. Tapi klo giliran kita yang minjemin duit, gue juga paling gak bisa nagih ke dia. Rasanya gak enak, walau sebenarnya kita butuh uang itu kembali. Pinginnya sih dia yang punya kesadaran buat ngebayar, jd gue gak capek-capek nagihnya. Gimana caranya yang etis ya, biar kelihatan tetap sopan tetapi tetap kena di sasaran?


posted by Wulan Hanson 6:12 PM |

 
all about nuthin'

Pas makan siang tadi, gue nyempetin diri makan siang di ratu plaza, yang lokasinya emang agak jauh dari kantor. Selama perjalanan hingga gue balik ke kantor, banyak hal yang gue dapat dan alami. Memang gak ada hubungannya satu sama lain, gue cuma mau nulis disini. Syukur Alhamdulillah kalau menghibur.. :D (hihi... sok tuwir amat ye gue??!?). Well, here goes...

1. Sesaat setelah gue keluar dari kantor, mendadak lutut kiri gue nyeri dan sakiiiiit... banget! Jalan gue jadi terseret-seret dan agak tertatih-tatih. Gimana nih, pikir gue. Padahal rencananya mo pergi ke ratu plaza pake bis aja biar irit. Tapi kalo begini caranya, gue terpaksa harus naik taksi. What will happen ya, batin gue lagi. Sakit itu mendadak banget seperti udh takdir Tuhan gue disuruh naik taksi. Ya sut lah, akhirnya gue gak berani mikir macem2 dan langsung nyetop taksi pertama yang melintas di depan gue. Mudah2an aja ini memang takdir Tuhan yang terbaik, dan gak bakal terjadi apa-apa sama gue. Alhamdulillah, gue selamat sampai tujuan.

2. Sebelum ke ratu plaza, gue nyempetin diri menjemput dia di kantornya. Nyeri lutut gue belum sembuh juga. Jadi malu jalan gue kayak orang abis fisioterapi, hihi :D. Gedung kantornya tua banget. Gue sempet dilirik beberapa orang termasuk satpam. Hmm.. kenapa ya? Apa gaya berpakaian gue menarik perhatian mereka? Rasanya biasa aja. Memang agak beda dengan orang2 kantoran di situ. Tapi mo gimana lagi, kantor gue emang gak pernah membatasi gaya berpakaian karyawannya, asal sopan aja. Begitu dia keluar, kami pun berjalan ke arah ratu plaza. Di area parkir kami bertemu seseorang yang belakangan aku tahu adalah someone from his past. Cantik juga, pikirku. Namun kami gak berlama-lama berbasa-basi di sana, karena wanita itu harus segera ke plaza senayan. Mau makan siang juga mungkin, begitu pikir gue. Syukurlah, gue gak enak bila kami searah dan sejurusan. Mungkin gue bakal canggung kalau itu sampai terjadi.. :).

3. Sesampainya di foodcourt ratu plaza, gue sempet bingung milih menu disana. Sempet pengen makan chicken wing with BBQ sauce yang kayaknya enak banget, ta pi akhirnya nyesel juga. Beginilah kalau terlalu banyak maunya, gue jd bingung dan terus berganti pilihan. Moral of the story: Eat the first thing u want to eat! :)

4. Oh ya, pas lagi berkeliling di foodcourt, kami sempat berpapasan dengan 2 orang teman sekampusnya dulu. Wah, banyak juga ya yang kami temui hari ini. Ada angin apa ya, pikirku. Dia juga bilang gak biasanya ketemu teman2nya seperti ini. Well, mungkin memang udah jalannya kali. Dan aku pun sempat diperkenalkan olehnya pada mereka.. :)

5. Selesai makan, jam sudah menunjukkan pukul 13.30. Time to go back! Dengan mengendarai taksi, akhirnya gue balik menuju kantor. Di dalam taksi gue sempet memperhatikan si supir yang sepertinya sudah cukup berumur. Pas gue lihat tanda pengenalnya, wow.. bintang 2! Di bawah bintang itu ada sebaris tulisan yang bunyinya kurang lebih spt ini: "Telah Bekerja Selama 16 Tahun"! Hwaaa... lama bener! Gue yang baru 1 1/2 tahun di ktr ini aja udh berasa gak betah! Mungkin karena kerjaannya mobile dan gak menetap di satu lokasi kali ya? Tadinya gue pengen ngajak bapak ini ngobrol tentang pengalaman kerjanya, tapi kayaknya pendengaran beliau sudah melemah. Daripada nyusahin diri dan di cap gak sopan karena berbicara terlalu keras, akhirnya gue mutusin buat gak ngomong kalo gak perlu, hehehe :D. Logat bapak ini betawi kental. Mungkin memang ia lahir dan besar sebagai orang betawi di Jakarta. Yang lebih membuat gue tersenyum adalah saat membayar ongkos taksi dan beliau mengambil kembaliannya dari dompetnya yang ia simpan di bagasi mobil! Hmm.. mungkin karena khawatir mendengar kejahatan terhadap supir taksi belakangan ini ya, yang bikin dia lebih waspada dalam menyimpan penghasilannya. Well, memang lebih baik sedia payung sebelum hujan kan? ;)


posted by Wulan Hanson 5:08 PM |

7.15.2003
 
get in line!

Paling sebel kalo gue udah cape2 ngantri, trus ada orang seenaknya aja nyerobot antrian. Apalagi without feeling any guilty! Rasanya udah mo panas aja ni ati, dan biasanya urat ratu tega gue (bukan raja ya, gue kan pere.. :D) langsung muncul. Udah gitu gue gak akan segan2 ngomong gini, "Eh mas (atau mbak), ngantri dong! Saya udah duluan nih!" Kalo yang punya malu sih biasanya langsung beranjak pergi dan langsung ngantri bener2 di belakang. Yang nyebelin kalo ketemu orang yang gak punya malu! Kalo ketemu yang model gini, gue terpaksa pake jurus nyindir tingkat tinggi yang bukan gak mungkin bikin dia sakit ati. Biarin aja, orang dia juga bikin orang lain susah kok! Dan biasanya gue langsung negur lewat satpam, "Pak, ada yang nyelak nih!" Alhamdulillah biasanya sih satpam langsung tanggap dan menyuruh orang itu ngantri di belakang. Hehe, sukurin! ::devil::

Yang nyebelin kalo kita mengantri yang sistemnya random. Pada jam2 makan, biasanya foodcourt atau restoran penuh oleh pengunjung. Dan (idealnya) restoran menyediakan waiting list, bukan menyuruh pengunjung untuk menunggu sendiri kalau2 ada bangku yang kosong. Waktu gue ke chopstick beberapa minggu lalu, gue hampir naik pitam gara2 tempat duduk yang gue incar diserobot oleh sepasang suami istri (tanpa mereka merasa bersalah!). Padahal udh jelas2 gue yang datang lebih dulu. Mau marah rasanya! Mana pihak chopstick juga gak peduli dengan hal itu. Untung emosi gue diredakan oleh seseorang. Dia pun akhirnya meminta chopstick untuk membuat waiting list bagi kami yang menunggu. Kalo saja tidak diserobot seperti itu, gue akan senang hati menyilakan mereka untuk menempati kursi lebih dulu.
Pernah juga di suatu foodcourt yang ramai, gue hampir menyilakan seorang ibu dengan 2 anaknya untuk duduk bersama dengan gue dan samwan karena dia sama2 mengincar bangku yang akhirnya gue duduki. Sayangnya si ibu itu keburu pergi.

Hmm... apa mereka gak tau kalo ngantri tuh bagian dari disiplin? Gimana negara ini mo maju kalo orang2 masih seenaknya aja, mentingin kepentingan perutnya sendiri. Padahal kepuasan apa sih yang di dapat dari menyerobot sebuah antrian? Paling hanya mempercepat beberapa menit saja. Dibanding rasa bersalah yang muncul dan umpatan2 orang yang kita serobot, gue lebih memilih untuk melatih diri gue berdisiplin diri dengan mengantri. What's so difficult bout that?


posted by Wulan Hanson 4:19 PM |

7.14.2003
 
lucky me!

Pergi hari Minggu kemarin, gue berasa lagi untung banget. Niat mau nonton The Hulk di blok m, taunya film itu masih main di sana. Pas mo beli tiket gak ngantri, kursinya masih banyak yang kosong dan jam mainnya masih sekitar 1 jam-an lagi jd bisa maem dulu. Begitu selesai nonton, gue niat mo hunting gaun item di Pasaraya Grande. Tadinya mo langsung turun pake lift, tapi akhirnya mutusin turun pake eskalator. Gak seberapa jauh dari eskalator (lantai brapa ya, gue lupa), gue liat butik kecil yang majang gaun item di etalasenya. Setengah niat, gue iseng liat2 kesana. Wah, lucu2 deh. Harganya juga ga gitu mahal soalnya lagi diskon. Beli...enggak...beli...enggak. Tadinya udh gamau beli, tapi begitu gue liat ada yg minat sama gaun itu, gue langsung nyamber dan minta coba di kamar pas. Eh, bagus banget! So sexy! ;) Begitu gue keluar kamar pas, ternyata udh ada 2 orang cewek yang minat juga sama baju itu. Salah satu dari mereka malah udah ngincer dari malam sebelumnya! Yang satu lagi malah ngerayu gue buat beli gaun item dengan model yang beda. Huehehehe... sorry gals, siapa cepat dia dapat! ;)

posted by Wulan Hanson 1:42 PM |

 
comparation

Dibanding-bandingkan dengan orang lain, gue rasa hampir semua orang gak bakalan suka ya? Dipandang dari sisi manapun (fisik, kepribadian, tingkah laku, sampai materi) semuanya gak ada yang bagus menurut gue. Tadi pagi gue baru mendengar perbincangan seorang ibu dan putrinya dalam memilih jodoh buat anak perempuannya itu. Si anak kekeuh dengan pilihannya (sebut saja A), tapi si ibu nampaknya kurang suka dan lebih memilih teman putrinya yang lain (sebut saja B atau C) karena pertimbangan mereka suku, agama, atau lebih secara materi dibanding pilihan putrinya. Sebenarnya mungkin si ibu gak ada salahnya juga, dia hanya ingin yang terbaik buat anak semata wayangnya itu. Mungkin cara penyampaiannya yang terlalu berkesan memaksakan, sehingga si anak sama keburu memandang negatif dengan perkataan si ibu. Tapi bukan tak mungkin si anak memang punya alasan yang kuat mempertahankan pilihannya. Karena kepribadiannya (bukan materi pribadi lho ya.. :D), cara si pria memperlakukan dia, cara si pria menghormati dia sebagai seorang perempuan, cara si pria menjaga dia, dan sejuta keindahan lain yang tidak bisa dilihat oleh sang ibu. Ironis memang. Di satu sisi, si anak lebih mementingkan 'inner beauty' si pria dibanding apapun; dan di sisi lain, si ibu melihat bibit bebet dan bobot lebih menjanjikan masa depan si anak nantinya. Namun inti perbincangan di sini hanya satu: perbandingan.

Mana yang lebih baik, lebih cantik, lebih kaya, lebih segalanya, tetap saja gue tidak suka bila dibanding-bandingkan. For me, everybody is unique. And u have to see a person, as they are, AS A PERSON. Bukan karena agama, suku, materi, atau yang lainnya. Karena bukankah kita juga gak suka bila dibanding-bandingkan?



posted by Wulan Hanson 10:01 AM |