People say I'm such a quiet girl, sensitive,
caring, and doesn't like to bother people. I love to analyze anything:
people, situation, even weather! Watching the sky at night comforts
me. Seeing the sparkling stars, shinning moon, I feel like I have
a companion up there. Over all, I'm just an ordinary girl who puts
interest on art. Like it's written on one of my poem, I enjoy drawing,
I love to dance, I like writing poems, and I spend most of my time
singing. I love to be surrounded with people I love, loving them,
and also be loved by them. I hate to be in the midl' of crowd or hectic
situation. I really don't belong there. I like everything simple but
chic. I love surprises, especially the good ones! :) |
|
|
 |
|
4.02.2004
backstabber
I can’t believe somebody did that to me. My own friend, someone who works at the same room. The person i used to hang out with, and having lunch with. Can’t believe, i really can’t. How bad the real she is.
Hari itu, awalnya semua berjalan normal seperti biasa. Menjelang siang, saat gue tau si boss yang langsung di atas gue gak masuk, otomatis gue diharuskan take over her jobs and duties. Saat itu kerjaan mendadak masuk dan harus yang diselesaikan hari itu juga. Sebuah promo kerjasama 1/3 hal yang sbnernya gue males bgt ngerjain. Terpaksalah.
Gak berapa lama, seorang redaktur in charge memberitahu gue ada kerjaan yg lbh urgent, dan lbh berat bobotnya: liputan Indonesian Idol, 2 halaman. Dia meminta gue mengerjakan art tsb, dan promo 1/3 itu biarlah seorang teman gue yg lain yang ngerjain. Ya udh, otomatis gue kasih tau temen gue itu buat ngerjain promo tsb. Sbnernya gue rada males nyuruh dia ngerjain, krn pasti dia gak mau. Alesannya ada aja, slh satunya krn dia gak mau hubungan sama orang2 promosi. Dan bener aja, dia lgsung bilang, “nggak mau ah!”. Nah, apalagi wkt gue tawarkan apa dia mau ngerjain liputan 2 halaman instead of promo yg cuma 1/3 hal? Lebih gak mau, katanya. Gue udh jengkel banget. Dia tahu my hands are full, this jobs were for that day, and it seems she didn’t wanna help at all. Pdhl dia lg nganggur saat itu! Ya sut, gue mintalah si redaktur in charge buat ngomong ke dia langsung krn gue udh gak bkl didengerin (she was my senior at FSRD, few years older. But in this f*cking office, i’ve been working here longer than her, and that makes me more senior).
And do u know what happen? She sent an email to our friend yang juga biasanya temen makan gue. Dia bilang soal artikel itu, and she fucked me up! Dia bilang gue brengsek, dia bilang gue ngadu2 ke redaktur itu (pdhl kan si redaktur yang assign dia, bukan gue!!!), dll dll yang bikin gue naik darah! And at the end of the email, she said, “i definately don’t wanna have lunch with her (maksudnya gue) yaa...”
Yang bikin gue lebih sedih, kroco2nya dia (temen kami itu) oke2 aja dengan ajakannya. “Ya udh, kita makan siang sendiri aja ya..” atau “Ya udh, loe lempar balik aja kerjaannya ke dia! hihihi”. Shit, man. Do they know how urgent this is?
Gue sama skali gak peduli soal dia mau atau gak mau makan siang sama gue. Really. I just don’t like her behaviour. Denger2 rumors sih katanya she’s not worth in this office. She’s just a kind of rich girl who doesn’t know what to do at home, so she applied here. Pas mau naik jd kary tetap juga sbnernya banyak yg gak setuju. Desainnya asal2an, semau udelnya, gak bisa dikritik atau kerjasama, dll. Makanya to be frank, most of the journalist here, gak mau artikelnya dikerjain sama dia.
I’m tired. Really tired of this. Kmren gue sengaja gak masuk krn gue pengen dia tau betapa ribetnya sbnernya kerjaan gue. Biar tau rasa. Sampe hari ini pun gue gak mau ngomong ke dia. Dan mungkin gue bakal ngomong ke boss gue langsung itu, i can’t work with her any longer..
What’s wrong with me ya? Udh 2 kali gue ngalamin kayak gini. Apa krn gue terlalu baik sama orang?
posted by Wulan Hanson 12:02 PM |
3.29.2004
women's strength
Percaya kan kalo cewek itu ternyata menyimpan kekuatan yang jauh lebih dahsyat dari cowok? Sering lihat ibu2 desa atau yang berjualan di pasar kan? Ada yang mengangkut begitu banyak barang dan menaruhnya di kepala, misalnya. Belum lagi wanita karir di kota2 besar yang masih harus berperan ganda di rumah sebagai ibu dan istri. Sudah kodrat, begitu para suami dan lelaki bilang. Tapi kebayang gak sih bahwa semua itu bersumber dari kekuatan lahir dan batin para perempuan?
Seorang teman dekat gue baru aja kehilangan calon bayi krn keguguran. Yang lebih menyakitkan, ini adalah keguguran kedua kalinya dalam kurun waktu satu tahun! Akhir tahun lalu dia sempat hamil, lalu keguguran dan dikuret. Sekarang pun begitu. Stlh diusut, ternyata di dalam tubuhnya terdapat virus rubella yg harus disembuhkan dulu sblm dia hamil lagi. Kebayang kan gimana sakitnya? Bukan hanya fisik, tapi juga batinnya.
Seorang teman gue lagi harus mundur dari kantornya karena punya bayi. Seorang perempuan telaten, sabar dan keibuan seperti dia, masih bisa menangis saat tangis bayinya gak kunjung berhenti. Padahal si bayi sudah disusui, diganti bajunya, pokoknya udh tinggal tidur aja. Cuma entah knp si bayi terus menangis, sampe akhirnya teman gue give up, trus bayi itu ia 'marahi'. Barangkali mendengar ibunya mengeluh, si bayi pun terdiam, dan gak lama ia pun mau tidur. Gue yakin hal ini banyak dialami kaum ibu. Belum lagi sakit sewaktu melahirkan, menyusui, lelahnya mengasuh, habis itu masih harus melayani suami, dll. Dan sdh sepantasnya suami lebih menyayangi dan memperhatikan istrinya, krn tugas si istri jauh lebih berat dari yang ia bayangkan.
Gue pernah mendengar seseorang berkata, "perempuan emang lbh tahan sakit daripada laki-laki." Pria mana yang tahan sakit selama beberapa hari setiap bulannya setiap kali haidnya datang? Sakit melahirkan, tentu saja gak sebanding dengan sakit saat disunat. Belum lagi para wanita yang dapat perlakuan abusive dari pasangannya. Kebanyakan wanita melampiaskannya dengan menangis kan? Itu karena mereka tidak suka kekerasan. Banyak pula para wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya, lebih bisa survive dengan tidak menikah lagi. Coba lihat sebaliknya. Banyak suami yang tidak bertahan hidup saat ditinggal wafat istrinya. Banyak kasus suami yang menyusul kepergian istrinya beberapa hari, minggu, bulan, atau tahun stlh istrinya meninggal. Atau mereka memilih untuk mencari istri baru dan menikah lagi. Mungkin mereka tak tahan hidup sendirian? Wallahualam.
So for you guys out there, love your woman. That's all we need.
posted by Wulan Hanson 5:34 PM |
planning the future
Di usia loe yang skarang ini, udh terpikir tentang masa depan yang bakal loe jalani gak? Terus terang, gue juga belum lama mikirin hal ini. Mungkin karena keenakan masih ada kerjaan dan orang tua yang bisa diandalkan ya? Tapi gimana 5 th lagi? 10, 15, 20 th ke depan?
Gue emang udh planning bakal cabut dari kantor ini sesegera mungkin. Nunggu lamaran kerja gue di kantor lain diterima kali ya? Kalo gak gue bakal stuck disini sampai waktu yang gue sendiri gak tau. Gue juga udh mulai ngelirik tabungan masa depan yang ditawarin bank2 belakangan ini. Tentang asuransi, dana pensiun, dll tetek bengek yang gue sendiri belum kepikiran. Kayaknya emang udh waktunya gue menabung secara serius mumpung gue masih mampu. Toh pada akhirnya gue yang akan menikmati sendiri. Apalagi kalo gue berkeluarga nanti, kebayang berapa rupiah yang akan gue keluarkan hanya untuk menikah, misalnya; tentang biaya pendidikan anak2 gue nanti, dll dll yang emang bikin pusing. Kalo gak dipikirin sekarang, kapan lagi?
How 'bout you, guys? Have u planned your future yet? Bagi2 cerita ya!
posted by Wulan Hanson 1:41 PM |
|
|
 |